Ada dua tradisi utama dalam peradaban manusia: tradisi Barat yang mencakup Yunani kuno, Romawi kuno, dan pewaris dunia Barat, yaitu peradaban Eropa modern dan Amerika Utara, serta tradisi Timur yang didominasi oleh Tiongkok kuno dan India kuno.
Dari kedua tradisi utama ini, kita bisa belajar tentang karakteristik negara yang kuat. Negara dapat menjadi kuat jika orang-orang yang dipercayakan untuk mengendalikan dan memimpinnya memiliki kepribadian yang baik dan kuat.
Yang dimaksud dengan kepribadian yang kuat dalam tradisi Barat dan Timur tercermin dalam ajaran populer yang ditemukan di Indonesia. Indonesia, pada dasarnya, adalah produk dari kedua peradaban besar tersebut.
Selama ribuan tahun, peradaban di Nusantara sebagian besar dipengaruhi oleh peradaban Hindu-Buddha dari India dan peradaban Tiongkok.
Pada pertengahan abad ke-12, ke-13, dan ke-14, peradaban Barat datang: Spanyol, Portugis, Inggris, Belanda, dan Prancis. Para pemimpin Nusantara, khususnya yang memimpin perjuangan kemerdekaan, adalah produk dari Barat dan dari Timur.
Kepemimpinan militer Barat banyak dipengaruhi oleh Yunani kuno, seperti yang digambarkan dalam cerita filsafat, mitos, dan sejarah dari Plato, Herodotus, dan Thucydides.
Ada kisah seorang pangeran, seorang jenderal militer, dan temannya pada malam sebelum pertempuran mereka keesokan harinya. Mereka berada di pegunungan, dan cuacanya sangat dingin. Sang pangeran berada di tenda dengan selimut tebal dan api unggun yang hangat.
Teman itu bertanya kepada Panglima, sang pangeran, “Apakah Anda tahu bahwa para prajurit kita berada di luar tanpa tenda? Tanpa selimut tebal? Merasakan dingin, dan mungkin juga kelaparan?”
“Tapi mengapa mereka tetap patuh dan setia kepada Anda, yang sekarang nyaman di tenda dengan selimut tebal? Apakah Anda tahu mengapa? Karena mereka tahu bahwa esok, perintah yang keluar dari mulut Anda akan menentukan nasib mereka. Itulah sebabnya mereka membiarkan Anda berada di tempat yang hangat. Mereka ingin Anda segar, sehat, dan kuat esok agar perintah Anda tidak merugikan hidup mereka.”
Kisah ini menggambarkan tradisi kepemimpinan Barat. Para perwira dan pemimpin militer Barat diberi lebih banyak kenyamanan dan perlakuan yang lebih baik karena semua orang tahu bahwa produk dari kepemimpinan mereka adalah perintah mereka yang tepat. Perintah mereka harus mampu mengarah pada kemenangan tanpa pengorbanan terlalu banyak nyawa.
Semangat kepemimpinan militer Timur agak berbeda. Kita bisa menggambarkan tradisi kepemimpinan Timur ini dari kepemimpinan seorang jenderal terkenal dari cerita sejarah Tiongkok kuno seperti Jenderal Wu Chi (Wu Qi).
Wu Chi terkenal karena selalu bersama para prajuritnya. Jika para prajuritnya berjalan, dia akan berjalan bersama mereka. Dia tidak ingin naik kuda atau kereta. Pakaiannya sama dengan para prajuritnya. Dia makan makanan yang sama dengan para prajuritnya. Jika para prajuritnya tidak tidur di tenda, dia juga tidak mau menggunakan tenda. Dia akan tidur di luar bersama para prajuritnya.
Itulah gaya kepemimpinan Wu Chi. Karena itu, para prajuritnya sangat mengaguminya. Dalam pertempuran-pertempuran itu, dia tidak perlu memarahi, tidak perlu memimpin dengan paksa. Para prajuritnya sangat mencintainya sehingga mereka menang dalam setiap pertempuran. Inilah gaya kepemimpinan Timur.
Di Indonesia, juga ada pemimpin seperti Wu Chi. Di antara pemimpin yang paling terkenal dari korps baret merah adalah Jenderal Mung Parahadi Mulyo. Dia dikenal sebagai komandan yang tidak memiliki pembantu di rumah.
Dia membersihkan lantainya sebelum pergi ke kantor. Istrinya dan keluarganya dilarang menggunakan mobil dinasnya. Dia membawa minuman ke mana-mana. Pakaiannya juga seragam TNI, meskipun mungkin dia bisa memakai pakaian yang bagus.
Dia dikenal sebagai seorang pria yang tidak pernah ingin hidup melebihi apa yang negara berikan padanya. Dia juga dikenal memiliki fisik yang sangat kuat. Sebelum memerintahkan para prajuritnya untuk melakukan sesuatu, dia melakukannya terlebih dahulu. Sebelum para prajuritnya turun dari tebing, dia melakukannya terlebih dahulu. Jika dia berlari bersama para prajuritnya, dia selalu membawa senjata seperti para prajuritnya.
Pak Mung terkenal. Dia adalah komandan RPKAD yang berlari bersama para prajuritnya dari Cijantung ke Terminal Cililitan.
Menurut pendapat saya, kepemimpinan yang cocok untuk Indonesia adalah kombinasi kepemimpinan Yunani dan kepemimpinan Wu Chi. Dengan kombinasi ini, kita bisa mengambil yang terbaik dari Barat dan Timur untuk menciptakan gaya kepemimpinan yang cocok untuk Indonesia.