Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono melakukan peninjauan operasi pasar bahan pangan di Kantor Pos Johar, Semarang, Jawa Tengah, pada hari Senin. Selama peninjauan tersebut, Sudaryono mengungkapkan kekhawatiran terhadap istilah FOMO (Fear of Missing Out), yang menunjukkan ketakutan orang untuk ketinggalan tren, terutama dalam peningkatan harga pangan selama bulan puasa Ramadan hingga Lebaran tahun 2025.
Sudaryono menegaskan bahwa praktik kenaikan harga yang tidak wajar selama periode tersebut tidak dapat diterima dan dapat mengakibatkan konsekuensi hukum serius, termasuk ancaman pidana dan bahkan neraka. Dalam upaya untuk menindak praktik tersebut, Presiden Prabowo Subianto telah memerintahkan lembaga penegak hukum seperti Polri, Kejaksaan, dan KPK untuk bertindak tegas.
Praktik yang menjadi target penindakan adalah penimbunan, manipulasi timbangan, dan penyesuaian harga pangan yang merugikan masyarakat. Sudaryono menekankan pentingnya untuk tidak memanfaatkan kondisi sulit masyarakat demi keuntungan pribadi.
Dengan penekanan pada konsekuensi hukum yang akan dihadapi pelaku praktik tidak etis dalam perdagangan pangan, disampaikan bahwa langkah-langkah tegas akan diambil untuk menjaga stabilitas harga pangan dan melindungi kepentingan masyarakat. Daripada mengejar keuntungan dengan cara yang merugikan, Sudaryono menekankan pentingnya integritas dalam bisnis, sesuai dengan prinsip moral yang seharusnya dipegang oleh semua pihak dalam industri pangan di Indonesia.
