Suplemen Tidur Alami: Fakta Vs. Mitos
National Academy of Medicine melaporkan bahwa jutaan orang di Amerika Serikat menderita gangguan tidur kronis, menghabiskan miliaran dolar setiap tahun untuk produk penunjang tidur. Meski pasar suplemen tidur alami terus berkembang, para ahli menekankan bahwa produk-produk ini tidak dirancang untuk mengobati gangguan tidur secara medis.
Penelitian tentang efektivitas suplemen tidur menunjukkan hasil yang bervariasi dan minim, dengan sebagian besar studi menemukan efek yang hampir tidak berbeda dengan plasebo. Dosen senior di School of Pharmacy Universitas Sydney, Janet Cheung, menganjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen tidur, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan ibu hamil.
Beberapa suplemen tidur alami yang populer adalah chamomile, melatonin, jus ceri asam, magnesium, valerian root, dan cannabidiol (CBD). Chamomile telah digunakan sejak ribuan tahun untuk menenangkan pikiran, namun penelitian tentang manfaatnya untuk tidur masih terpecah. Sementara melatonin, yang merupakan hormon alami yang mengatur siklus tidur-bangun, bisa membantu orang dengan gangguan jam biologis tertentu.
Jus ceri asam dipercaya dapat meningkatkan kualitas tidur karena mengandung melatonin alami, meskipun penelitian tentang efektivitasnya masih terbatas. Magnesium, valerian root, dan cannabidiol juga memiliki klaim masing-masing dalam membantu tidur, meski bukti ilmiah yang mendukung masih kurang konsisten.
Dalam menjaga kualitas tidur, penting untuk mempertimbangkan terapi perilaku kognitif (CBT) sebagai langkah pengobatan yang efektif. Meskipun suplemen tidur alami dapat memberikan bantuan bagi beberapa orang, konsultasi dengan ahli kesehatan dan terapis tidur mungkin menjadi langkah awal yang lebih bijaksana sebelum mengandalkan suplemen. Dengan demikian, meskipun suplemen tidur alami populer, efektivitas dan keamanannya tetap harus dipertimbangkan dengan cermat sebelum digunakan.
