Rabu, 02 Oktober 2024 – 01:00 WIB
Para tokoh Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang, Jawa Tengah berurutan memukul gong tanda puncak Festival Lima Gunung XXIII/2024 di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan di Magelang, Minggu (29/9/2024). ANTARA/Hari Atmoko (ANTARA/Hari Atmoko)
jateng.jpnn.com, MAGELANG – Masyarakat yang hadir untuk merasakan atmosfer Festival Lima Gunung XXIII/2024 di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, seolah membentuk gelombang kolektif dari tubuh dan jiwa dengan konstruksi filosofi Jawa kiblat papat lima pancer.
Festival ini bukan sekadar sebuah acara, tetapi merupakan perwujudan dari berbagai makna yang terkandung dalam filosofi Jawa yang kaya.
Para seniman sekaligus petani dari Sanggar Saujana di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, berusaha mewujudkan filosofi tersebut dalam bentuk karya seni yang mencolok.
Mereka menciptakan instalasi seni yang terdiri dari empat panggung dan satu panggung utama, yang secara keseluruhan menggarisbawahi tema festival ini. Masing-masing dari empat panggung, yang tingginya bervariasi antara 2 hingga 3 meter dan berukuran 1 meter persegi, melambangkan arah mata angin timur, selatan, barat, dan utara.
Panggung utama terdiri dari dua level yang luasnya mencapai 60 meter persegi (dari sisi pengiring) setinggi 1 meter dan 120 meter persegi (sisi pementasan) setinggi 70 sentimeter, yang merupakan simbol kekuatan hidup manusia yang terhubung dengan Sang Ilahi dan spiritualitas individu.
Para seniman dan warga sekitar bekerja secara gotong royong selama tiga bulan dalam proses persiapannya. Mereka memanfaatkan bahan-bahan alami dari lingkungan pertanian mereka.
Partisipasi warga dari dusun sekitar juga sangat terasa, di mana mereka bersama-sama mengerjakan instalasi seni dan keperluan lainnya guna menghadirkan suasana puncak pada festival yang berlangsung dari tanggal 25-29 September 2024.
Sujono, Ketua Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang sekaligus pimpinan Sanggar Saujana Keron, mengungkapkan bahwa keempat arah mata angin tersebut mengarah kepada pancer atau titik pusat, yaitu Gusti Allah yang terdapat dalam diri setiap manusia.
Festival Lima Gunung XXIII mengundang ribuan pengunjung untuk merasakan keindahan budaya dan seni melalui kearifan lokal.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News