Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto hadiri pagelaran wayang dengan lakon Wahyu Cakraningrat dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Jumat (27/10) malam. Foto: DPP PDIP
jpnn.com, JAKARTA – Sekretariat Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan bahwa ada banyak hikmah yang bisa diambil dari pagelaran wayang dengan lakon Wahyu Cakraningrat. Salah satu hikmah utamanya adalah bahwa wahyu kepemimpinan dapat berpindah jika penerima wahyu menunjukkan kesombongan.
Hal tersebut disampaikan oleh Hasto saat memberikan sambutan dalam pagelaran wayang berlakon Wahyu Cakraningrat yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Jumat (27/10) malam. Gedung tersebut berada tidak jauh dari Istana Kepresidenan Jakarta.
Beberapa tokoh hadir dalam acara tersebut, antara lain Plt Kepala ANRI Imam Gunarto, pengamat pertahanan Connie Rahakundini Bakrie, dan Ketua DPP PDIP Wiryanti Sukamdani.
Dalam lakon Wahyu Cakraningrat, terdapat tiga tokoh kesatria, yaitu Lesmono Mandrokumoro, Sombo, dan Abimanyu.
“Lesmono Mandrokumoro dibesarkan dengan segala kemewahan sebagai anak raja yang merasa bisa melakukan apa pun karena tingginya popularitas sang ayah. Lesmono harus bertapa untuk mendapatkan wahyu, tetapi cara bertapanya berbeda,” kata Hasto dalam sambutannya.
Lesmono seharusnya berpuasa dan bertapa untuk mendapatkan wahyu tersebut. Namun, Lesmono meminta pamannya untuk mengubah aturan tersebut agar dia dapat makan dan minum dengan enak.
“Lesmono ingin berpuasa dengan enak, jadi dia meminta bantuan pamannya untuk mengubah aturan tersebut. Akhirnya, Lesmono dapat berpuasa dengan membawa makanan dan minuman enak karena itu adalah anak raja,” tambah Hasto.
Singkat cerita, Lesmono akhirnya menerima wahyu tersebut. Namun, karena kesombongan Lesmono, wahyu tersebut justru berpindah.
Dalam lakon ini, Hasto juga menyampaikan tentang kesatria lain seperti Sombo dan Abimanyu.
Sumber: jpnn.com