Calon Presiden Prabowo Subiato bergoyang di depan para ketua umum partai politik yang mendukungnya. Foto: sumber dari JPNN
jpnn.com, JAKARTA – Direktur Eksekutif Citra Institute Yusak Farchan mengingatkan pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) untuk tidak berlebihan mengeksploitasi goyang gemoy.
Menurut dia, pasangan Prabowo-Gibran tidak boleh terus-menerus membius pemilih muda dengan gimmick politik semacam itu.
“Gaya komunikasi publik yang sudah kreatif harus diimbangi dengan (kemampuan adu gagasan) di forum-forum resmi. Forum resmi debat kan digelar bukan hanya oleh KPU, tapi banyak. Saya kira Prabowo-Gibran juga jangan banyak absen,” kata Yusak kepada wartawan di Jakarta, Senin (11/12).
Gemoy berarti menggemaskan. Istilah itu melekat pada Prabowo karena sering spontan menari ketika menghadapi situasi “sulit”.
Salah satu aksi joget yang viral adalah saat Prabowo berhadapan dengan jurnalis Najwa Shihab dalam adu gagasan ala Mata Najwa di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, pertengahan September lalu.
Dalam satu momen wawancara, Najwa sempat menanyakan kepada Prabowo tentang dua mantan narapidana kasus korupsi yang mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dari Gerindra.
Najwa menyatakan bahwa kehadiran dua kandidat tersebut menunjukkan kelemahan komitmen anti-korupsi Prabowo dan Gerindra.
Alih-alih menjawab, Ketum Gerindra itu malah menari-nari kecil terlebih dahulu. “Tunggu! Tunggu dulu. Saya mau menjawab. Saya sudah menghapus dua calon tersebut,” kata Prabowo saat itu.
Gimmick gemoy dinilai minim substansi edukatif. Walhasil, kapabilitas Prabowo-Gibran untuk memimpin bangsa malah dipertanyakan publik.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News